AWS Gelar Summit Indonesia Dan Beri Berbagai Gebrakan Terbaru
![]() | |
Anthony Amni, Country Manager, AWS Indonesia |
Jakarta, DJC – Dunia tehnologi terus berkembang dengan pesat, tak terkecuali di tanah air. Amazon Web Services (AWS), perusahaan dari Amazon.com yang menjadi perusahaan penyedia layanan cloud paling lengkap dan paling banyak digunakan di dunia melirik market tehnologi di Indonesia. AWS diketahui sudah mulai melakukan ekspansi di tanah air sejak tahum 2017 lalu. Dimana Perusahaan ini sudah bekerjasama dengan beberapa Perusahaan besar di tanah air. Tentu saja AWS terus mengembangkan dan memerikan gebrakan-gebrakan terbaru. Salah satunya dengan mengadkan AWS Summit Indonesia 2025, yang diadakan pada tanggal hari kamis, 07 Agustus 2025, yang bertempat di The Ritz-Carlton Jakarta, Paiacof Plaze. Berlangsung dari jam 12.00 WIB sampai selesai. Dengan pembicara atanta lain; Anthony Amni, Country Manager, AWS Indonesia, Caroline Riady, CEO and Vice President Director, Siloam International Hospitals dan Ganapathy “G2” Krishnamoorthy, Vice President, AWS Database Services.
Pada awak media, AWS mempresentasikan beberapa program yang diadakan pada gelaran kali ini. Yang antara lain, AWS Luncurkan AWS AI League untuk Dorong Inovasi Kecerdasan Buatan dan Riset Baru AWS Tunjukkan Adopsi AI yang Kuat di Indonesia, Dengan Startup Mengungguli Perusahaan Besar dalam Inovasi.
AWS AI League
Sejak 2018, AWS DeepRacer telah melibatkan lebih dari 560.000 pengembang di seluruh dunia, membuktikan bahwa pembelajaran berbasis kompetisi bisa jadi cara yang efektif untuk membangun keterampilan. AWS AI League melanjutkan semangat ini di era Gen AI, dengan menawarkan: Kredit AWS hingga senilai USD$2 juta dan hadiah utama sebesar USD$25.000 untuk pemenang di AWS re:Invent 2025.
Fokus pada pembelajaran langsung dan praktik teknologi terkini. Seiring berkembangnya teknologi AI, AWS AI League akan terus memperkenalkan tantangan dan format baru yang mendorong pembelajaran berkelanjutan. AWS AI League dapat diselenggarakan dalam dua format. Pertama, perusahaan dapat mendaftar untuk mengadakan kompetisi internal mereka sendiri dengan dukungan kredit AWS. Kedua, pengembang individu dapat mengikuti kompetisi di acara-acara AWS tertentu untuk mengasah keterampilan dan membangun solusi AI.
AWS AI League ini diadakan untuk memberikan kesempatan bagi perusahaan dan pengembang untuk mempelajari dasar-dasar AI secara langsung, mulai dari fine-tuning, kustomisasi model, hingga prompt engineering, sambil menyelesaikan tantangan bisnis nyata. Dengan memadukan teori dan praktik, Gen AI menjadi lebih mudah diakses dan membantu organisasi mempercepat inisiatif AI mereka menggunakan layanan seperti Amazon SageMaker AI dan Amazon Bedrock.
Kompetisi ini juga mendorong kolaborasi, eksperimen, dan pertukaran ide antar pengembang, sekaligus memacu semangat kompetisi melalui papan peringkat.
Pemenang dari edisi Jakarta akan membawa pulang gelar Juara AWS AI League Jakarta serta tiket langsung untuk bertanding di babak final kejuaraan global di AWS re:Invent 2025 di Las Vegas, Desember mendatang, dan berkesempatan memenangkan hadiah utama senilai USD$25.000. Selain Jakarta, kompetisi ini juga hadir di AWS Summit di Bogota, Los Angeles, dan Toronto.
Pada kesempatan ini, Yashinta Bahana, Head of Training & Certification Indonesia, AWS mengungkapkan, “AWS AI League mencerminkan komitmen kami untuk mendorong inovasi AI dan memastikan teknologi ini dapat diakses siapa saja. Dengan mempertemukan talenta dari berbagai latar belakang, kami membangun ekosistem kolaboratif yang tidak hanya mendorong kemajuan teknologi, tapi juga mencerminkan visi kami tentang inklusi digital bagi pembelajar dari berbagai latar belakang. Kami senang bisa menghadirkan kesempatan ini bagi individu yang ingin menguasai AI terkini, sejalan dengan misi kami melatih jutaan orang di bidang ini.”
AWS juga mengumumkan bahwa sejak 2017, lebih dari satu juta warga Indonesia telah mengikuti pelatihan keterampilan cloud. Pencapaian ini menunjukkan komitmen jangka panjang AWS dalam mendukung pertumbuhan talenta digital di Indonesia. Untuk mewujudkannya, AWS menghadirkan berbagai program pelatihan lokal yang menyasar organisasi, tenaga kerja, dan pelajar. Salah satunya adalah Terampil di Awan, yang memperkenalkan keterampilan cloud dan Gen AI kepada siswa sekolah menengah, pelajar vokasi, penyandang disabilitas, pelaku usaha kecil dan menengah, serta komunitas yang kurang terjangkau.
Program lainnya adalah CendekiAwan, bagian dari inisiatif Kampus Merdeka yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program ini membekali mahasiswa dengan keterampilan cloud dan digital yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Ke depan, AWS akan terus memperluas akses pelatihan digital, termasuk dengan mengintegrasikan materi pembelajaran AWS dan Gen AI ke dalam kurikulum sekolah vokasi, serta menyediakan pendampingan untuk mendorong inovasi lokal.
“AWS AI League mencerminkan komitmen kami untuk mendorong inovasi AI dan memastikan teknologi ini dapat diakses siapa saja. Dengan mempertemukan talenta dari berbagai latar belakang, kami membangun ekosistem kolaboratif yang tidak hanya mendorong kemajuan teknologi, tapi juga mencerminkan visi kami tentang inklusi digital bagi pembelajar dari berbagai latar belakang. Kami senang bisa menghadirkan kesempatan ini bagi individu yang ingin menguasai AI terkini, sejalan dengan misi kami melatih jutaan orang di bidang ini.” ungkap Yashinta Bahana, Head of Training & Certification Indonesia, AWS.
Caroline
Riady, CEO and Vice President Director, Siloam International Hospitals
AWS Tunjukkan Adopsi AI
AWS, baru saja merilis riset baru yang mengungkapkan bahwa meskipun adopsi artificial intelligence (AI) terus meningkat di Indonesia, terdapat kesenjangan yang semakin besar antara startup dan perusahaan besar yang lebih mapan dalam hal kedalaman penggunaan AI. Kesenjangan ini antara perusahaan besar dan startup yang lebih lincah berisiko menciptakan ekonomi dua tingkat, di mana startup berbasis teknologi berinovasi lebih cepat dan melampaui pesaing mereka yang lebih mapan.
Adopsi AI Meningkat dengan Pesat. Di Indonesia, 5,9 juta bisnis mengadopsi solusi AI pada tahun 2024 – setara dengan lebih dari sepuluh bisnis per menit secara rata-rata. Total 18 juta, atau 28% dari bisnis di Indonesia telah mengadopsi AI, menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 47%. Potensi produktivitas dan ekonomi dari adopsi AI sangat menjanjikan. Sebanyak 59% dari bisnis yang telah mengadopsi AI melaporkan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 16%, sementara 64% mengharapkan penghematan biaya rata-rata sebesar 29%.
Untuk memahami lebih jauh ruang lingkup AI dan arah perusahaan dari berbagai skala, AWS bekerja sama dengan Strand Partners untuk melakukan survei adopsi AI di Indonesia. Studi “Unlocking Indonesia’s AI Potential” mensurvei 1.000 pemimpin bisnis dan 1.000 anggota masyarakat umum yang mewakili populasi nasional di Indonesia.
Meskipun adopsi AI semakin meluas di Indonesia, sebagian besar bisnis belum memanfaatkan penggunaannya secara mendalam, menekankan perlunya pendalaman adopsi AI untuk membuka potensi AI sepenuhnya di Indonesia. Sebanyak 76% bisnis di Indonesia masih berfokus pada penggunaan dasar, seperti mendorong efisiensi dan menyederhanakan proses menggunakan AI – alih-alih berinovasi dalam mengembangkan produk baru atau mendisrupsi industri. Hanya 11% dari bisnis yang mengadopsi AI telah mencapai tahap menengah, dan hanya 10% yang mencapai tahap integrasi AI paling transformatif, di mana AI bukan lagi sekadar alat, melainkan bagian inti dari pengembangan produk, pengambilan keputusan, dan model bisnis.
Startup, khususnya, sangat antusias dan inovatif dalam penggunaan AI di Indonesia, mengadopsi penggunaan AI paling maju jauh lebih cepat dibanding perusahaan yang lebih mapan. Sebanyak 52% startup di Indonesia menggunakan AI dalam berbagai cara, dan 34% di antaranya membangun produk baru sepenuhnya berbasis AI, memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Sebaliknya, 41% perusahaan besar menggunakan AI, namun hanya 21% dari mereka yang meluncurkan produk atau layanan baru berbasis AI, dan hanya 22% yang memiliki strategi AI yang komprehensif. Kesenjangan dalam inovasi AI ini mengungkap temuan yang lebih dalam yang dapat membentuk masa depan ekonomi Indonesia.
Menurut Nick Bonstow, Direktur di Strand Partners, menjelaskan, “Ini merupakan fenomena menarik yang kami lihat dari hasil studi mengenai adopsi AI di Indonesia. Meskipun 28% bisnis melaporkan telah mengadopsi AI, sebagian besar penerapannya masih bersifat dasar meskipun terjadi adopsi teknologi yang cepat selama satu tahun terakhir. Perusahaan besar juga berisiko tertinggal oleh startup yang lebih gesit dan bergerak cepat. Ekonomi ‘dua tingkat’ yang dihasilkan bisa berdampak jangka panjang pada perkembangan ekonomi suatu negara. Merayakan angka adopsi AI saja bisa menutupi tantangan lebih dalam yang dihadapi banyak bisnis di seluruh Indonesia.”
Kesenjangan Keterampilan AI Menjadi Hambatan Utama dalam Pendalaman Adopsi AI
Kurangnya tenaga kerja terampil menjadi alasan utama yang disebutkan oleh 57% bisnis di Indonesia sebagai penghambat untuk mengadopsi atau memperluas penggunaan AI mereka. Banyak bisnis melaporkan bahwa mereka sudah memiliki teknologi dan visi, tetapi belum dapat menemukan orang yang mampu mewujudkannya. Hal ini membahayakan daya saing Indonesia di kancah global dan membatasi potensi ekonominya, karena literasi AI diperkirakan akan menjadi kebutuhan dalam 48% pekerjaan di masa depan, sementara hanya 21% bisnis yang merasa tenaga kerja mereka saat ini sudah siap. Pendanaan juga menjadi faktor penting, terutama bagi startup di Indonesia, di mana 41% menyatakan bahwa akses ke modal ventura sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan.
Dalam mempertimbangkan dampak regulasi AI yang berpotensi baru, harapan utama yang diungkapkan oleh pelaku usaha di Indonesia adalah agar regulasi dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan (51%) dan menciptakan lingkungan regulasi yang stabil (47%). Bisnis di Indonesia juga memperkirakan bahwa mereka mengalokasikan 25% dari anggaran untuk biaya terkait kepatuhan, dan 62% memperkirakan angka tersebut akan meningkat dalam tiga tahun ke depan.
Ganapathy
“G2” Krishnamoorthy, Vice President, AWS Database Services
Arah Strategis untuk Inovasi AI
Laporan ini mengidentifikasi tiga langkah prioritas untuk mengatasi hambatan tersebut dan membuka potensi penuh AI di seluruh startup dan perusahaan besar agar tidak tercipta ekonomi ‘dua tingkat’: Pertama, investasi dan pembangunan program keterampilan digital berbasis industri untuk menciptakan tenaga kerja terampil yang dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan berbasis AI. Kedua, menetapkan gambaran regulasi pro-pertumbuhan yang jelas, dapat diprediksi, dan ramah inovasi di Indonesia, untuk mendorong pendalaman adopsi AI di seluruh sektor bisnis. Ketiga, dengan 65% bisnis menyatakan mereka lebih mungkin mengadopsi AI jika dipimpin oleh pemerintah, maka transformasi digital di sektor publik, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan, harus dipercepat untuk mendorong inovasi.
Pada tahun 2021, AWS meluncurkan Wilayah Asia Pasifik (Jakarta), dengan investasi sebesar US$5 miliar di Indonesia. AWS memperkirakan investasi ini akan menciptakan 24.700 lapangan kerja per tahun dan berkontribusi sebesar US$10,9 miliar terhadap PDB Indonesia dari tahun 2021 hingga 2036.
AWS juga berkomitmen untuk menutup kesenjangan keterampilan di Indonesia. Hingga saat ini, AWS telah melatih satu juta warga Indonesia dalam keterampilan cloud sejak 2017 melalui program seperti AWS Skill Builder, AWS Educate, dan AWS re/Start. Kami juga menjalankan inisiatif keterampilan lokal seperti Terampil di Awan, yang mengajarkan keterampilan Cloud dan Gen AI kepada siswa sekolah menengah, pelajar vokasi, penyandang disabilitas, pelaku UMKM, dan komunitas yang kurang terjangkau. Dengan kekhawatiran yang berkembang terhadap ekonomi AI ‘dua tingkat’, lebih banyak upaya diperlukan untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan yang tepat secara massal agar organisasi dapat berinovasi dan berkembang di masa depan yang digerakkan oleh AI. Program ini dirancang untuk membantu individu — baik pelajar, pencari kerja baru, maupun mereka yang baru mengenal cloud — agar dapat membangun keterampilan siap kerja dan mengejar peluang di ekonomi digital. AWS juga bermitra dengan organisasi lokal untuk membantu menghubungkan peserta pelatihan dengan peluang kerja.
“Pelaku usaha di Indonesia sangat antusias untuk berinovasi dengan AI, dan tingginya tingkat adopsi menunjukkan potensi luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Namun, riset ini juga mengungkapkan hambatan serius, terutama bagi perusahaan besar, dalam mendalami pemanfaatan AI. Untuk menjaga keunggulan kompetitif Indonesia di kancah AI global, penting bagi pemerintah dan industri mengambil langkah tepat dalam mengatasi tantangan yang dihadapi pelaku usaha. Di AWS, kami tetap berkomitmen untuk mendukung adopsi luas AI generatif melalui investasi infrastruktur dan inisiatif pelatihan keterampilan kami.” ujar Anthony Amni, Country Manager, AWS Indonesia. (sTr)
Post a Comment