Satria Dewa: Gatotkaca (review film)

 

Satria Dewa: Gatotkaca (istimewa)

Jakarta, DJC - Men-singkron-kan mitologi pewayangan dengan kondisi kekinian. Itulah yang menjadi inti film action-drama (semua umur), besutan sutradara kawakan Hanung Bramantyo, yang sekaligus ikut menulis cerita di film “Satria Dewa : Gatotkaca” ini. Kisah pertempuran epic Pandawa (yang mewakili kebaikan) dengan para Kurawa (mewakili sisi gelap) di-aplikasikan pada dunia modern. Yang menurut cerita di film ini, kisah peperangan kedua golongan ini masih berlanjut hingga sekarang, walaupun terjadi secara sembunyi. Adalah Yuda (Rizky Nazar) yang mengalami banyak problema, dari masalah keuangan keluarga, ibunya yang hilang ingatan, dan masalah pekerjaanya. Di sisi lain tanpa disadari Yuda terlibat di peristiwa pembunuhan berantai yang sudah berlangsung lama, hingga hal ini terjadi pada sahabatnya, Erlangga (Jerome Kurnia).

Kematian sahabatnya inilah yang membawanya ke sebuah misteri yang tersembunyi selama ini. Rasa penasaran juga dirasakan oleh Agni (Yasmin Napper), seorang perempuan cerdas yang cantik. Dimana keduanya berusaha mengungkap misteri pembunuhan berantai tersebut. Sampai keduanya diserang oleh gerombolan orang tidak dikenal, yang kemudian diselamatkan oleh Dananjaya (Omar Daniel). Yuda dan Agni yang terluka, di bawa ke markas Dananjaya di lantai bawah sebuah toko barang antik. Dan dipertemukan dengan Gege (Ali Fikry), adik Dananjaya, dan Ibu Mripat (Yati Surachman). Di markas inilah, Yuda dan Agni mendapat penjelasan bahwa pembunuhan berantai ini terjadi akibat peperangan kaum Pandawa dan Kurawa sejak lama. Merekapun kemudian terlibat dipertikaian dua kelompok mitologi tersebut. Sampai diketahui bahwa Yuda ternyata memiliki gen super dari kasatria Gatot Kaca (trah Pandawa). Keistimewaan super dari Yuda ini, akhirnya mempertemukannya dengan sosok jahat bernama Beceng (Yayan Ruhian), hingga menemukan rahasia kelam ayah Agni.

Satria Dewa: Gatotkaca (istimewa)

Pembuatam film ini kabaranya penuh tantangan. Mulai dari mundurnya sutradara yang awalnya akan menggarap film ini, Charles Gozali. Hingga beberapa nama yang harusnya menjadi pemeran film yang akhirnya tidak terlibat. Diantaranya Didi KempotAshraf Sinclair (meninggal dunia) dan Dwi Sasono (terlibat kasus narkoba). Apalagi film ini diproduksi saat pademi melanda, yang tidak memungkinkan seluruh crew film leluasa melakukan produksi, mengingat pembatasan kegiatan masyarakat. Akan tetapi “Satria Dewa : Gatotkaca” cukup berhasil mengangkat kisah wayang ke dunia modern. Ceritanya yang sebenarnya ringan tapi tidak membosankan, dan tidak mudah ditebak. Apalagi dari sisi penyutradaraan Hanung Bramantyo memang cukup bisa diandalkan. Walaupun beberapa adegan yang menggunakan special effect terasa kurang ditail.

Beberapa pemeran di film ini cukup bisa diperhitungkan. Misalnya Rizky Nazar, Omar Daniel dan tentunya aktris senior Yati Surachman. Walaupun diakui tidak ada yang terlalu menonjol (banyak nama pemeran yang terlibat), akting para bintang ini cukup pas. Bahkan keberadaan Zsazsa Utari sebagai Quinn tampak sukses menjadi intermezo di film ini. Sayangnya aksi Yayan Ruhian yang dikenal dengan kemampuan beladiri-nya tidak ditampilkan dengan maksimal. Tertutup oleh beberapa special effect yang kurang ditail. Secara keseluruhan, film ini memang cukup menghibur. Kisah heroik rasa lokal tentunya bisa dijadikan idola baru di kalangan anak-anak jaman sekarang. Di tengah gampuran produk superhero mancanegara (dari produk Marvel misalnya). Sebuah nilai positif untuk mengangkat Superhero lokal, sekaligus mengenalkan budaya Indonesia di kancah film dunia. (sTr)

 

Credit Title:

Sutradara: Hanung Bramantyo. Producer: Celerina Judisari. Penulis: Rahabi Mandra, Hanung Bramantyo. Pemeran: Rizky Nazar, Yasmin Napper. Omar Daniel, Ali Fikry, Yayan Ruhian, Cecep Arif Rahman, Sigi Wimala, Edward Akbar, Jerome Kurnia. Penata Musik: Ricky Lionardi. Produksi: Satria Dewa Studio. Durasi: 129 Menit.

Diberdayakan oleh Blogger.