Kelompok Penerbang Roket Teriak Kritik Ke Penguasa di “Tigor”
Kelompok Penerbang Roket (istimewa) |
Jakarta, DJC – Sempat lama tak muncul, band rock asal Jakarta ini terus membuktikan eksistensinya. Kali ini Kelompok Penerbang Roket (KPR) kembali melepas single terbarunya bertajuk ‘Tigor’ pada 9 September lalu. Lagu ini mengangkat isu sosial politik yang lekat dengan keseharian serta keresahan kolektif yang dirasakan trio berawak I Gusti Viki Vikranta (drum), John Paul Patton (bas, vokal), dan Rey Marshall (gitar, vokal) ini. Perilisan single ini sekaligus menjadi penanda berjalan bersamanya Kelompok Penerbang Roket dengan PLP Records, label rekaman asal Jakarta.
Judul lagu ‘Tigor’ sendiri merupakan sebuah singkatan dari “Tikus Gorong-Gorong” yang digambarkan sebagai sosok yang hidup di kegelapan, mengendap-endap, namun pelan-pelan naik ke permukaan untuk menggerogoti, atau bisa dibilang sebagai lambang kerakusan. Lebih dalam, penggambaran tersebut juga bisa disematkan ke orang-orang yang setelah mendapatkan kekuasaan atau jabatan, malah menjadi versi terburuk dari dirinya. Dengan dirilisnya lagu ini, KPR mempunyai sebuah harapan bahwa publik tidak gampang tertipu dengan janji-janji manis dari orang-orang di atas sana yang mempunyai posisi lebih tinggi.
Melalui siaran pers-nya, Rey Marshall mengatakan “Orang-orang kayak gini nggak pantas hidup di tengah kita. Buang aja ke hutan, biar nggak ngotori.”
“Omongannya manis, tapi itu cuma umpan. Kita semua tahu ujung-ujungnya apa, jadi jangan gampang percaya,” lanjut John Paul Patton
Musik rock yang disajikan di single terbaru mereka ini, bertangki bensin penuh dengan kemarahan dan agresi dioplos distorsi yang saling bersahutan bersama lirik yang tegas tanpa Batasan. Proses produksi lagu inipun, terbilang cepat. Mereka hanya membutuhkan waktu tiga bulan terhitung sejak bulan Juni lalu. Prosesnya sendiri dikerjakan di Dexter Studios, berangkat dari ide awal John Paul Patton yang setelahnya dilanjutkan oleh I Gusti Viki Vikranta untuk proses mixing. Sementara proses mastering dikerjakan di Abbey Road Studio.
“Ini lagu yang lahir dari rasa muak. Kita muak lihat negeri ini digerogoti, muak lihat orang-orang yang rakus terus dikasih panggung. Jadi kita lawan dengan cara kita pakai musik,” tutup Viki Vikranta. (sTr)
Post a Comment