12 Kolaborator Di Album Baru Prison of Blues, Perkenalkan Hantu Indonesia
![]() |
Prison of Blues |
Album yang dirilis bersama Greenland Indonesia sebagai eksekutif produser dan Musicblast.id sebagai distributor digital ini melibatkan 12 kolaborator lintas genre dan dari beberapa negara. Diantaranya, Eet Sjahranie (Edane) di lagu ‘Devil’s Inside’, Ari (Padi Rebom) & Zaky (ex-Funky Kopral) di lagu ‘Pocong / Disantet Mertua’, Dellu Uyee di lagu ‘Zombie di Ruang Tamu’, KMNG (Serigala Malam) di lagu ‘Tersesat’, Dimitri Hauck (Cenobites Netherland) & Ramon Sitoci (ex-Mad Sin-Netherland) di lagu ‘Painkiller’, Capt. Del Toro (Southem Beach Terror) di lagu ‘Ghost Wave’, Grace Lehurliana di lagu ‘Graveyard Shadows’, Ninis dan Juki Ki Sanak Harmonica di lagu ‘One Night With The Devil’, dan Astryd Tyas di lagu ‘Kuntilanak’.
“Musik dari genre kami memang menampilkan nuansa horror, tak hanya dari penampilan tapi juga di sisi lirik. Kami sengaja membawa nuansa hantu-hantu dari Indonesia seperti pocong, kuntilanak dan lainnya agar menguatkan identitas lokal dari asal band kita. Dan hal ini ternyata mendapat respon positif saat kami melakukan tour ke beberapa negara di Eropa.” Ungkap Bayu randu saat menggelar launching album di sebuah café di Kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan (25/06/25).
Nama-nama kolaborator diatas, diakui banyak yang bergabung secara tidak terduga. Misalnya saat pada awalnya mereka merasa sungkan mengajak kolaborasi Eet Eet Sjahranie, tapi akhirnya kolaborasi ini terjadi juga. “Bang Eet sudah merekam isian gitar pada tahun lalu, saat melakukan take secara live, justru isian gitar bang Eet menjadi guide saat recording.” Tambah Bowo.
Menariknya, album yang berisi 15 track ini direkam secara live. Walaupun termasuk tidak mudah, tapi justru nuansa live ini memberi karakter yang kuat pada musik mereka. Lebih lanjut Bayu Randu menambahkan, “Saat ini memang jarang orang malakukan live recording, karena tingkat ribetnya. Justru hal ini menjadi tantangan buat kami. Saya sendiri sudah rindu dengan rekaman versi live sepereti ini. Dan akhirnya kami berhasil menyelesaikannya.”
Pilihan banyak kolaborator di album ini bukan tanpa alasan. Mereka menyadari genre musik mereka cukup asing dengan telinga penikmat musik di tanah air. Tapi dengan kolaborator lintas genre, dan materi lirik yang mudah dikenal di Indonesia bisa menjadi pembuka untuk pasar musik mereka di tanah air.
Bowo menjelaskan, “Dulu kami lebih fokus ke pasar Eropa karena genre ini belum banyak dikenal di Indonesia. Tapi lewat album ini, kami ingin mulai membuka jalan dan mengedukasi soal psychobilly di negeri sendiri.”
Menyusul perilis “Born to Be Killers”, band ini sudah mempersiapkan banyak hal untuk mempromosikan album ini. Sebagai bagian dari promo album, Prison of Blues dijadwalkan kembali tour Eropa pada Oktober 2025, memainkan 17 show di 4 negara dan tampil di beberapa festival psychobilly paling bergengsi. Ini akan menjadi tour Eropa kelima mereka, setelah sebelumnya sukses tampil di Psychobilly Meeting. Festival-festival psychobilly terbesar dunia pada 2016, 2017, 2018, dan 2024. (sTr)
Post a Comment