Dino Jelusick, Incar Pasar Indonesia Untuk Karya Terbarunya


 Jakarta, DJC – Nama Dino Jelusick tiba-tiba menjadi perbincangan hangat di publik musik tanah air, setelah aksinya yang memukau di konser Dewa 19, besutan Ahmad Dhani, cs beberapa waktu lalu. Pemain keyboard dari band legendaris Whitesnake ini seakan muncul menjadi idola baru di Indonesia. Tidak mengherankan jika penyanyi bersuara powerfull ini mengincar pasar musik tanah air, untuk debut solo albumnya yang bertajuk “Follow, The Blindman”.  Hal ini seperti yang diungkapkan musisi asal Kroasia ini bersama seluruh anggota band-nya, yang antara lain, Mario Lepoglavecn (Drum), Luka Brodarić (Bass) dan Ivan Keller (gitar), saat menggelar wawancara online dengan media-media di Indonesia, pada hari Senin 15 Januari 2024 lalu.

Dalam sesi interview online ini, Jelusick mengungkapkan perjalanan proses bermusiknya. Tentu saja, Jelusic juga banyak menceritakan tentang latar belakang proses kreatif di albumnya tersebut. Yang menurutnya dan seluruh member band Jelusick, nuansa bermusiknya sebagian di ambil dari rock era 80-an hingga awal 90-an. Nama-nama band fenomenal seperti Whitesnake, Skid Row, Gun n Roses, Aerosmith hingga Def Leppard merupakan idola mereka. Maka tidak mengherankan jika musik dari band-band tersebutlah secara tidak langsung menjadi infleunce atau arah bermusik dari album mereka tersebut.

            “Saya mendengarkan musik rock era 80-an saat masih di sekolah, dan kemudian saya juga mendengarkan metal band yang melengkapi imjinasi saya dalam bermusik. Di album ini saya masukkan unsur musik rock era 80-an tersebut dengan menambahkan karakter musik metal yang kekinian. Saya rasa musik rock era 2000-an sudah tamat saat ini, dan sudah diambil alih oleh musik metal yang mendominasi. Untuk itu, saya sengaja mengambil karkater musik metal kekinian dengan pendekatan nuansa rock era 80-an,” ungkap Jelusick menjelasakan. 

            Mengenai musik rock di negara asalnya, justru vokalis ini mengaku bahwa musik rock di negara asalnya tidak terlalu populer jika di bandingkan musik pop. “Musisi atau band rock hanya bisa main di cafe-cafe kecil dengan kapasitas maksimal 2000 orang. Itu salah satu alasan, kenapa kami memainkan musik rock dengan menggunakan lirik berbahasa inggris. Agar kami bisa bermain di event yang lebih besar dan lebih mendunia.” Ungkap Jelusik menambahkan.

            Musisi ini juga mengatakan bahwa pasar musik di Indonesia cukup bagus, dan menurutnya mereka akan berusaha memasarkan karya mereka tersebut di pasar Indonesia. Saat ditanyakan, apakah akan menggelar konser solonya di Indonesia. Jelusick mengatakan hal ini mungkin bisa terjadi. “Tapi sabar, saatnya akan tiba. Nantikan saja.” Tutup Jelusick. (sTr)

 

 

Diberdayakan oleh Blogger.