Bisnis Musik Dalam Diskusi Depmufil PWI Pusat dan Kemendikbudristek RI

Jakarta, DJC – Maraknya pertunjukan / konser musik beberapa waktu terakhir, tentunya menjadi kabar yang menggembirakan bagi indutri musik. Baik pelaku, penyelengara event, bahkan bagi penikmat musik itu sendiri. Sebuah kondisi yang diharapkan bisa menjadi sebuah pendapatan / cuan yang baik bagi negara. Akan tetapi hal ini masih menyisakan berbagai pertanyaan, terutama apakah banyakanya konser yang digelar benar-benar menguntungkan untuk semua kalangan? Untuk membahas hal ini, PWI Pusat Departemen Seni Musik dan Film bekerjasama dengan Apresiasi Musik Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI menggelar diskusi dengan mengambil tema: “Bisnis Konser Musik dan Cuan untuk Negara”.

            Bertempat di Hotel Harris, Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (22/3/2024), event diskusi ini tidak hanya dihadiri oleh para pewarta, tapi juga menghadirkan pembicara utama dalam diskusi tersebut, yang antara lain adalah CEO Deteksi Production, Harry Koko Santoso dan Country Director ONErpm di Indonesia Aldo Sianturi.

Kegiatan diskusi ini dibuka oleh Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun dan Kepala Apresiasi Musik Direktorat PMM Dirjen Kebudayaan Edi Irawan. Dalam sambutannya, Hendry Ch Bangun mengapresiasi diskusi tersebut yang akan menghasilkan sebuah solusi, khususnya dalam membangkitkan industry musik Tanah Air, dengan mengambil contoh kehadiran penyanyi Taylor Swift di Singapura yang secara mengejutkan menjadi magnet kuat dengan menghadirkan ekonomi besar ke negara tersebut.

“Temanya menarik, Bisnis Konser Musik dan Cuan untuk Negara. Ini merujuk dengan kesuksesan Konser Taylor Swift yang mendatangkan ekonomi besar untuk Singapura beberapa waktu lalu. Dari diskusi ini kita harapkan menghasilkan rumusan terbaik untuk nantinya bisa untuk dikomunikasikan lebih lanjut antara promotor musik dengan pemerintah,” ungkap Hendry.

Sedangkan menurut Edi Irawan dari Kemendikbud menambahkan, apa yang dihasilkan dari diskusi ini nantinya bisa menjadi masukan-masukan kepada pihaknya apa yang bisa untuk diteruskan kedepannya. Lebih lanjut Edi Irawan memnambahkan, “Diskusi dengan teman-teman wartawan dan juga para pelaku di industi musik dalam hal ini promotor, tentunya banyak masukan-masukan apa saja yang belum kami lakukan untuk nantinya bisa ditambahkan dan dirumuskan bersama-sama. Saya kira diskusi ini sangat baik sekali,”

Lain lagi menurut pendapat promotor Harry Koko, yang mengungkapkan bahwa konser musik di manapun diselenggarakan pasti menjadi daya tarik orang untuk menonton, Artinya konser bisa diselenggarakan di kota sampai di desa, di laut sampai di Gunung. Bahkan di udara seperti yang dilakukan Virgin Air lines yang launching perusahaan nya melakukan konser musik di dalam pesawat pada saat mengudara.

Lebih lanjut Harry Koko menjelaskan, “Musik menjadi primadona dalam kegiatan konser. Kita menyebutnya, music adalah industry. Hebatnya lagi mulai dari pemilihan Presiden sampai kepala desa, mulai produk murahan sampai produk termahal semuanya menggunakan musik. Soal konser Taylor Swift di Singapura dan mendatangkam protes dari negara tetanga, ini adalah kejelian promotor Singapura yang sukses mengajak agensi dan artis managemen, dan membuat mereka yakin dan percaya bahwa di Singapura bisa mendapatkan keamanan, kenyamanan dan kemudahan. Cukup konser di Singapura, fasnyya dari negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia yang akan terbang ke negara ini untuk menyaksikan penyanyi idolanya. Inilah yang terjadi. Peran pemerintah di Singapura sangat penting dalam memberikan akses kemudahan, fasilitas sampai dengan keamanan dan kenyamanan pada artisnya dan juga penontonnya. Maka penonton dari negara lainpun tak segan datang ke Singapura. Penyanyi, musisi pun merasa tenang dan nyaman serta yakin, konsernya akan sukses,”

Aldo Sianturi hadir sebagai pembicara dengan tema “Melibatkan Musik Tradisionaldan Stakeholder Panggung Konser Tersertifikasi Dalam Konser Internasional”. Di dalam diskusi ini menurutnya Indonesia harusnya bisa melebihi Singapura dalam hal pergerlaran konser. Bukan menirunya. Namun, bagaimana caranya pemerintah hadir dan ada juga iku memberikan supporting termasuk memperbaiki ekosistem industri musik, infrastruktur biz pertunjukan.

“Pemerintah harus hadir mendukung setiap event konser. Bisa juga mendukung penuh festival musik yang sudah ada di Indonesia, mulai dari perizinan yang mudah, pajak yang ringan, atau dari sisi pendanaan. Atau, mendukung para musisi yang ingin bertandang keluar negeri karena undangan, atau kompetisi. Kita punya banyak potensi besar musisi-musisi daerah dengan karakter yang kuat. Justru kita bisa mengekspor musik Indonesia ke negeri lain. Untuk konser seperti Taylor Swift, saya yakin Indonesia bisa, bila pemerintah mendukungnya dengan maksimal dalam segala hal,” ungkap Aldo Sianturi menjelaskan.

Merangkum rangkaian dua diskusi yang digelar sekaligus, Ketua Simufil PWI Pusat Benny Benke merangkum Tema “Bisnis Konser Musik dan Cuan untuk Negara” serta Tema “Melibatkan Musik Tradisionaldan Stakeholder Panggung Konser Tersertifikasi Dalam Konser Internasiona”l, ia menilai, peran penting pemerintah sangat besar untuk mendukung keberlangsungan konser-konser di Tanah Air dan juga membawa musisi Indonesia tingkat nasional dan daerah ke mancanegara. Dengan demikian, cuan atau investasi ekonomi dalam sektor industri musik akan terus berkembang dan mampu berdampak besar untuk ekonomi bangsa.

“Kerjasama dan dukungan besar pemerintah terhadap sebuah konser dalam negeri sangat penting sekali. Apa yang disampaikan narasumber diatas, merupakan masukan penting agar kedepannya kita bisa lebih besar lagi menggelar konser-konser dunia di Tanah Air dan konser musisi dalam negeri untuk bangkitkan ekonomi bangsa melalui pergelaran musik. Kita bisa cuan seperti Singapura dengan Taylor Swiftnya,” ucap Benny Benke. (sTr)

 

 

Diberdayakan oleh Blogger.