Tangkap Suara Keidupan Dewasa, di Debut EP Dadline

Dadline (istimewa)


Jakarta, DJC – Pengusung Dadcore Punk ini, baru saja melepas debut EP bertjuk “Dadline & Deadlines” pada 12 Desember 2025 kemarin. Di EP ini Dadline berusaha menangkap suara kehidupan dewasa melalui sudut pandang yang jujur dan personal. Mereka lahir dari keresahan para anggotanya yang kini memasuki usia kepala tiga; di tengah peran sebagai pekerja, ayah, dan bagian dari sandwich generation, Pada awalnya band ini hadir sebagai ruang pelarian untuk bernapas dari tekanan sehari-hari. Seiring prosesnya, ruang pelarian itu berubah menjadi proyek serius yang memberikan tempat bagi para anggotanya untuk berkarya dan mengekspresikan diri apa adanya. Di EP mereka tersebut mereka juga memasukin karakter Japanese Punk, yang akhinya menjadi identitas di karya mereka tersebut.

EP ini berisi tiga track, yang masing-masing merepresentasikan fase kegelisahan dan dinamika emosi dalam kehidupan dewasa. Lagu ‘Late Night Overdrive’ merupakan karya Tryas Lazuardy, yang mengungkapkan, “Lagu ini menceritakan tentang gangguan dalam pikiran menjelang tengah malam yang membuat waktu istirahat menjadi terganggu, sesuatu hal yang tertahan atau perasaan bersalah, yang harus diungkapkan, disampaikan dan bermuara untuk suatu penerimaan”. Di lagu ‘When The Sky Stopped Being Blu’” menghadirkan kisah berebda. “Lagu yang menjadi pertanyaan: apakah jalan yang dipilih ini adalah yang terbaik dari segala kemungkinan?” analogi langit yang dulunya selalu cerah (ketika semua hal baik-baik saja) berubah menjadi berat, penat, dengan intensi’as tekanan udara yang tinggi, dengan harapan untuk mencapai sesuatu yang indah di kemudian hari, adalah satu-satunya alasan untuk tetap bangkit dan terus berjalan” Ujar tryas. Sedangkan di lagu “First Day of The En’ merupakan lagu karya Fauzan Romadhon, yang menjelaskan, “Lagu ini tentang pertanyaan seumur hidup: Kenapa kita harus lahir di dunia? Kenapa harus melalui kehilangan? Dan apakah mungkin kita bertemu lagi dengan orang-orang tersayang di kehidupan berikutnya?”

Untuk proses produksi EP ini berlangsung selama tiga bulan, dikerjakan di sela kesibukan pekerjaan utama masing-masing anggota. Tantangan teknis dan non-teknis menjadi bagian dari perjalanan, namun semangat mengejar deadline—yang juga menjadi inspirasi nama band—menjadi dorongan utama hingga EP ini akhirnya rampung. Proyek ini diproduseri oleh Pemil Kabahtullah dan direkam di Benji Studio. Secara visual, artwork EP menggunakan foto yang diambil di sebuah pasar ikan di Washington DC. Foto tersebut dipilih karena merepresentasikan perjuangan Dadline sendiri: upaya untuk tetap berjalan, tetap jujur, dan tetap kuat.

Dengan drilisnya EP ini, Dadline berharap  dapat menjadi teman seperjalanan bagi siapa pun yang sedang menghadapi fase hidup yang berat—baik sebagai ruang melarikan diri, medium untuk menyalurkan emosi, maupun pengingat bahwa ketidakpastian hidup bukanlah perjalanan yang harus dihadapi sendirian. Menuju 2026, Dadline berencana untuk terus produktif dengan merilis single baru dan memperluas eksplorasi warna Dadcore Punk yang diperkaya sentuhan J-Punk yang semakin matang. (sTr)

 

 


 

Diberdayakan oleh Blogger.