Survival Seorang Agen Rahasia di “KANDAHAR”
Kisahnya memang seputar aksi intelejen di wilayah Iran
hingga Afghanistan. Temtu saja sebagai mantan perwira intelijen militer,
Mitchell LaFortune sangat paham seluk beluk peristiwa perang di wilayah
tersebut. Kisah diawali saat Tom
Harris (Gerard Butler) agen CIA, yang meretas stasiun rahasia senjata pemusnah masal di
Iran sekaligus berhasil menghancukannya. Keberhasilan tugasnya ini melegakan
Tom, karena bisa cepat pulang ke Amerika untuk hadir di acara wisuda putrinya.
Akan tetapi, hal ini tidak bisa cepat terlaksana, sebab
dengan kesuksesannya tersebut Tom ditugaskan kembali untuk melanjutkan aksinya.
Kali ini untuk menyabotase stasiun senjata rahasia di perbatasa Iran dan
Afghanistan. Tentu saja dengan imbalan yang lebih besar, yang sulit untuk
ditolaknya. Tom bergerak sendiri di wilayah Afghanistan, dan hanya dibantu oleh
penduduk lokal sebagai penerjemah, Mo (Navid Negahban).
Saat akan melakukan tugas terakhirnya, ternyata penyamaran Tom
terbongkar. Tom-pun, menjadi buronan yang paling dicari, dan kepalanya dihargai
cukup tinggi. Baik dari pasukan intelejen Iran yang ingin balas dendam, pasukan
ISIS hingga tentara Taliban yang berusaha memburunya hidup atau mati. Tom bersama
Mo harus keluar dari wilayah tersebut menuju Kandahar. Mo yang awalnya hanya
sebagai penerjemah, mau tidak mau ikut dalam konflik tersebut. Mo sebenarnya
sudah lama meninggalkan Afghnistan, tapi datang kembali untuk menyelamatkan
adik iparnya. Bersama Tom, Mo yang sama sekali tidak punya pengalaman
berperang, berusaha selamat dari berbagai gempuran disekitarnya. Terutama dari
incaran Kalil (Ali Fazal), seorang tentara profesional dari pihak
Afghanistan.
Walaupun memotret kisah inteljen perang (sering diangkat dalam banyak
judul film), naskah film ini termasuk luar biasa. Menampilkan kisah komplek,
dimana masing-masing tokoh di film ini memiliki kisah pribadi yang penuh
konflik, selain harus menghadapi perang nyata untuk bisa selamat. Bahkan film
ini juga memotret hal yang jarang di expose, seputar gelombang style
baratisme yang sudah melanda sebagian penduduk di negara berkonflik tersebut.
Film ini juga tidak main-main secara produksi. Mengambil shooting di
wilayah Arab Saudi, “Kandahar” juga kabarnya memakan biaya yang sangat
besar. Akan tetapi cukup sebanding dengan hasilnya.
Akting Gerard Butler tentunya tidak diragukan lagi, sebagai agen CIA
yang dingin, tetapi memiliki konflik keluarga yang rumit, Bahkan peran Ali
Faizal sebagai pembunuh profesional yang flamboyan juga mampu menghadirkan
kisah laga yang mencekam. Termasuk juga aksi Navid Negahban. Secara pilihan cast, film ini sepertinya
memilih nama pemeran yang tepat.
Selain kisah yang menarik, tidak mudah ditebak (walaupun tidak terlalu
berat), “Kandahar” juga cukup royal dalam memaksimalkan adegan. Berbagai
ledakan, penghancuran kendaraan hingga konflik di tengah ramainya pasar,
menjadi penguat cerita di film ini. Dari special effect hingga sisi cinematography
juga menjadi hal yang sangat diperhatian dan ditayangkan dengan ditail.
Pengambilan gambar dari beberapa sisi, temasuk lewat udara menghasilkan
kualitas gambar yang sangat menarik dan terkesan dramatis, dan sanggup
mempermainkan emosional penonton. Terutama saat adegan Tom dan Mo dikepung oleh
pasukan yang memburunya, dengan berbagai ledakan, dan berondongan senjata yang
sangat ditail. Satu lagi film bertema intelejen perang yang sangat sayang untuk
dilewatkan. (sTr)
“KANDAHAR”
Genre Film :
Action, Thriller
Produser :
Brendon Boyea, Gerard Butler, Basil Iwanyk
Sutradara :
Ric Roman Waugh
Penulis :
Mitchell LaFortune
Cinematography : MacGregor
Casts :
Gerard Butler, Navid Negabhan, Ali Fazal, Bahador Foladi, Olivia-Mai
Barrett, Nina Toussaint-White, Rebecca Calder, Ross Berkeley Simpson, Vassilis
Koukalani, Hakeem Jomah, Tom Rhys Harrie
STLS :
17 th
PH :
Thunder Road Films, G-BASE, MBC
Studios, Capstone Global
Distribusi : Open Road Films
Post a Comment