“STAR SYNDROME” Mencoba Mentertawakan Skema Musik Indonesia


Jakarta, DJC – Mencoba mentertawakan skema musik di Indonesia. Sekaligus memotret lika-liku industri musik di tanah air dengan cara santai dan menghibur. Hal inilah yang menjadi makna cerita film “Star Syndrome besutan Soleh Solihun. Tema yang tentunya tidaklah berlebihan, sang sutradara dulunya juga seorang jurnalis musik yang banyak tahu tentang skema musik di Indoneisa. Soleh Solihun juga seorang komika, jadi kedua latar belakang ini menjadi modal kuat untuk mem-besut film bergenre drama / komedi ini.

            Film ini mengisahkan tentang Jay (Gilang Dirga) yang ingin mencoba eksis kembali di panggung musik. Jay sendiri dulunya seorang vokalis sekaligus frontman dari band yang sempat nge-top. Tapi popularitasnya tergerus jaman, sehingga hampir 1 dekade lamanya Jay dan band-nya tidak terdengar lagi. Jay bersama sahabatnya sekaligus managernya Zul (Tanta Ginting) dan Dudi (Tora Sudiro) asistennya di produksi musik, berusaha untuk membuat nama Jay bersinar lagi. Tapi Jay belum bisa mendapatkan moment yang pas, hingga belum menemukan pilihan lagu yang sesuai. Apalagi industri musik saat ini sudah berbeda jauh dengan era mereka.

            Dudi yang juga bekerja sebagai operator studio rekaman, akhirnya mempertemukan dengan Nur (Kezia Aletheia), penyanyi amatir yang berbakat. Jay akhirnya bersepakat untuk berkolaborasi. Akan tetapi sebagai mantan bintang besar, Jay terjangkit star syndrome. Dimana dirinya masih merasa populer dan layak untuk dihargai (ngartis), walaupun auranya sudah mulai memudar. Konflikpun mulai terjadi, diawali saat demo rekaman kolaborasi Jay dan Nur tidak mudah diterima oleh label-label yang dulunya pernah kerjasama dengan Jay. Terlebih lagi pada perjalanan kolaborasi ini, justru Nur-lah yang lebih disukai. Hal yang membuat Jay tidak terima.

Sebagai pendatang baru, Nur tidak bisa berbuat apa-apa. Kepercayaan diri yang berlebihan pada Jay menimbulkan konflik batin bagi Nur yang mencoba untuk meraih mimpinya. Jay sebenarnya sangat buta dengan industri musik saat ini. Bahkan faktanya Jay tidak pernah bersentuhan dengan sosmed yang sangat dibutuhkan untuk kariernya. Hingga eksistensinya di musik, sudah jauh dilampaui oleh adiknya Anna (Tissa Biani) yang sukses membuat band electronic bersama Ayu (Maisha Kanna), bernama Sweet Judgment. Padahal Anna dan Ayu awalnya banyak belajar tentang musik dari Jay.

            Riuhnya industri musik di tanah air ini dipotret secara gamblang oleh Soleh Solihun. Dimana faktanya industri musik di era sosmed seperti sekarang, justru sering mengandalkan follower dibandingkan materi lagu. Bahkan terlihat fenomena kakunya label-label lama saat mencermati sebuah demo lagu baru. Hingga selalu ada kehadiran ‘orang berkuasa’ yang banyak menentukan eksistensi seorang musisi / penyanyi. Tentu saja realita diatas, dibesut dengan aura komedi yang segar dan santai, walaupun beberapa tokoh dikuatkan dengan memiliki drama konflik pribadi tersendiri.

Banyak kejadin yang memang sukses mengundang tawa (komedi situasi). Misalnya saja, bagaimana ribetnya datang ke label-label untuk menawarkan demo. Kejadian saat Jay bertemu dengan musuh / dendam lama. Atau saat Jay harus mati-matian membuat orang yang punya kuasa di industri musik, Pak Tuna (Aryo Wahab) untuk bisa menerimanya kembali di pentas musik, hingga membuat Jay rela berjoged dangdut secara norak. Untuk hal ini, Gilang Dirga diakui bisa memerankannya dengan apik. Bahkan kabarnya, Gilang Dirga harus berusaha menurunkan berat badan untuk mengambil peran ini. Yang menjadi catatan penting, akting mantan atlit seluncur es, Kezia Aletheia ini patut diperhitungkan. Aktris yang juga seorang model yang termasuk ‘anak baru’ di industri perfilman mampu memerankan Nur dengan apik.

Tanpa harus berpikir yang rumit untuk memahami kelucuan atau untuk mentertawakan skema musik di Indonesia. Nuansanya juga sangat pas, karena film produksi Mahakarya Pictures ini melibatkan pelaku-pelaku industri musik yang juga menjadi pemeran. Selain nama Aryo Wahab, ada juga nama Thomas Ramdhan, Gusti Hendy, Randy Nidji, hingga Doel Jaelani. Menjadi hiburan segar, sekaligus bisa memahami lika-liku skema industri musik di Indoneisa. Sebagai sutradara yang termasuk ‘anyar’, Soleh Solihun mampu menghadirkan tontonan yang sangat menghibur. (sTr)

 

“STAR SYNDROME

Genre                          : Drama, Komedi

Sutradara                     : Soleh Solihun

Penulis                         : Rino Sarjono

Produser                      : Dendi Reynando

Pemeran                      : Gilang Dirga, Kezia Aletheia, Tanta Ginting, Tora Sudiro, Tissa Biani, Maisha Kanna, Ariyo Wahab, Sita Nursanti, Randhika Jamil, Thomas Ramdhan, Gusti Hendy, Randy Nidji, Hifdzi Khoir, Kristo Immanuel, Tike Priatnakusumah, Indy Barends, Joe. P Project, Mamat Alkatiri, Doel Jaulani

PH                               : Mahakarya Pictures

Durasi                          : 1 Jam 53 menit

 

Diberdayakan oleh Blogger.